Select menu item

Jika Batita/Balita Terlambat Bicara

Jika batita/balita anda mengalami keterlambatan bicara yaitu belum vokal sama sekali atau sudah bicara tetapi bahasanya tidak fungsional atau tidak bisa ditanya, atau tidak nyambung antara pertanyaan dan jawaban, atau dibanding teman-teman sebaya seperti jauh tertinggal bahasanya, artinya ada yang salah dengan perkembangan bahasa sang anak. Cepat periksakan ke klinik tumbuh kembang terdekat, tidak perlu menunggu waktu lebih lama lagi. Survey terakhir di Amerika tahun 2016 yang baru saja dipublikasikan membuktikan bahwa 1 dari 40 anak di Amerika terdiagnosa autisma, jauh bertambah dari sebelumnya yaitu 1 dari 58 anak yang dipublikasikan tahun 2014. Memang metoda pengambilan datanya adalah survey pada orangtua yang bisa jadi belum ada diagnosa resmi dari profesional tetapi tetap memberikan data yang mengkhawatirkan bahwa pertambahan anak di dalam spektrum autisme bertambah terus setiap tahunnya.

Walaupun tidak semua anak yang mengalami keterlambatan bicara adalah autisme, tetapi lebih baik mengambil langkah penjagaan daripada menyesel di kemudian hari. Profesional yang berada di klinik tumbuh kembang bisa mengobservasi anak anda dan memberikan arahan penanganan untuk mengejar ketinggalan berbahasa anak anda. Para ahli dapat mendiagnosa anak anda dan menentukan apakah anak anda berada di spektrum autis, ADHD atau speech delay biasa atau kondisi-kondisi lain.

Studi membuktikan bahwa intervensi dini dapat mengurangi gejala autisme. Jadi tunggu apalagi? Jangan dengarkan mitos-mitos yang beredar di masyarakat, misalnya wajar anak laki-laki terlambat bicara, wajar anak anda telat bicara karena dirumah sendirian tidak punya kakak atau adik, wajar jika anak batita atau balita sangat aktif tidak mau diam, sekolahkan saja anak saya dulu tidak bicara tetapi setelah bersekolah langsung lancar berbicara. Tidak ada salahnya anda datang ke klinik tumbuh kembang untuk didiagnosa awal, apalagi jika ada gejala-gejala yang menjurus ke autism seperti tidak ada kontak mata, dipanggil seperti tidak mendengar (padahal jika ada suara musik atau video di TV atau Ipad yang mereka sukai mereka langsung datang), tidak bisa menunjuk, tidak bisa meminta barang yang dia inginkan, terlalu banyak tantrum, hiperaktif seperti tidak mau diam, tidak bisa bermain dan hanya fokus dengan bagian kecil benda seperti main mobil-mobilan hanya memutar-mutar bannya atau menjejer-jejer mobil tanpa memainkannya, terlihat suka asik sendiri tidak memperdulikan lingkungan, ada stimming atau gerakan yang berulang-ulang, dll.

Profesional akan menentukan terapi apa yang diperlukan oleh sang anak. Umumnya di negara maju seperti di Amerika, anak yang mengalami keterlambatan perkembangan mendapatkan terapi okupasi, terapi wicara dan ABA atau mungkin terapi lain yang tergantung kondisi dari sang anak. Salah satu pendekatan pengajaran bahasa dengan metoda ABA adalah menggunakan teknik Verbal Behavior, yaitu bahasa adalah dianggap sebagai behavior yang bisa diajarkan atau dibentuk dan direinforce melalui media orang lain. Berbeda dengan konsep yang pernah ada yang menggambarkan kemampuan bahasa dalam 2 jenis yaitu bahasa reseptif (paham) dan ekspresif (vocal) dalam verbal behavior kedua konsep bahasa ini tidak cukup dalam menggambarkan kemampuan berbahasa seseorang.

Verbal Behavior yang pertama kali dipaparkan oleh BF Skinner membagi bahasa ekspresif dalam 4 jenis verbal operant yaitu mand (meminta benda), tact (melabel benda), echoic dan intraverbal (menjawab pertanyaan dalam konsep 2 arah).

Konsep VB ini dapat membantu mengajarkan bahasa pada anak dengan autisme. Contoh anak dengan autisme yang sudah bisa berbicara katakanlah apel. Anak yang dengan speech delay biasa, begitu berbicara apel, biasanya dia langsung paham fungsi bahasa, dia tahu caranya kalau ingin apel dan berkata apel, sang ibu akan memberikan apel. Atau dia tahu jika ditanya, makanan apa yang kamu sukai? “Apel” Atau sekedar bercerita dengan sang ibu misal “Tadi di supermarket ada buah apel”. Apakah anak dengan autisme dapat melakukan itu semua begitu dia bisa berbicara “Apel?”. Akan sangat tergantung dengan tingkat derajat ke-autisme-annya, karena autisme adalah spektrum yang tampilan anak bisa sangat berbeda. Tetapi biasanya konsep berbahasa yang utuh ini tidak otomatis ada didalam anak dengan autisme. Yang mau tidak mau harus kita ajarkan satu persatu dalam verbal operantnya.

Selain itu konsep ini juga bisa menjelaskan dan membantu anak dengan autisme yang memiliki bahasa kaku, contohnya jika kita tanya apa ini? “Apel” warnanya apa? “Apel” bentuknya apa? “Apel”. Dengan konsep VB dapat dijelaskan dan dilatih bahwa anak dengan autisme memiliki kesulitan untuk berbicara atau berpikir lintas karakter, fungsi dan kategori dari suatu benda, padahal anak sudah hapal buah-buahan, apa yang termasuk buah-buahan, warna, bentuk dan fungsi dari benda. Kelenturan berpikir dan berbicara antar lintas konsep berbahasa ini juga harus dilatih sehingga anak mahir melakukannya.

Konsep berbahasa BF Skinner dituangkan oleh Dr. Mark Sundberg untuk menyusun VB-MAPP (Verbal Behavior Milestones Assessment and Placement Program) yang bisa digunakan sebagai pemetaan kemampuan berbahasa dan social anak. VB-MAPP ini dapat digunakan sebagai pemetaan kemampuan anak yang terlambat bicara dan sosialnya. VB-MAPP menggambarkan bagaimana perkembangan berbahasa anak dan mengajarkannya secara berurutan berdasarkan fungsinya pada sang anak. Jika tidak, dikuatirkan anak akan mengalami kebingungan dalam menjawab atau hanya menghapal jawaban dari kartu-kartu yang dia tanyakan.

Contohnya adalah VB-MAPP mengajarkan anak yang baru belajar berbahasa pertama-tama dikenalkan dengan konsep mand (meminta barang). Anak langsung meminta barang yang dia inginkan, langsung mengucapkan nama bendanya, misal “apel” bukan kata “mau” atau “lagi” yang sering digunakan dalam pengajaran dengan protokol yang lain. Karena begitu anak bisa meminta mand dengan menyebutkan barangnya anak memahami fungsi dari bahasa menyebut “apel” dapat “apel” sementara kalau anak diajarkan “mau” atau “lagi”, apa yang ada dalam benak anak? “Mau” atau “lagi” terhadap apa? Termasuk di dalamnya terkadang pemprogram-an bahasa yang lain terlalu cepat mengajarkan warna, bentuk, akademik, preposisi, dll. Dalam VB-MAPP hal ini diajarkan setelah anak memiliki kemampuan dasar untuk berbahasa dan sosial (atau jika dijelaskan dalam VB-MAPP ada di level 2). Pembagian level VB-MAPP silahkan dilihat di website www.rurysoeriawinata.com.

Apa sajakah yang diperlukan anak dalam pengajaran konsep bahasa dan sosial secara Verbal Behavior khususnya dengan menggunakan VB-MAPP ini untuk tingkat dasar dalam program intervensi dini, akan dijelaskan dibawah ini sehingga anda bisa membandingkan dengan kemampuan yang anak anda punyai saat ini. Apakah anda merasa perlu kuatir dengan perkembangan anak anda saat ini?

1. Konsep mand atau konsep meminta sesuatu. Apakah anak anda paham dan fungsional bahasanya sehingga jika dia ingin sesuatu dapat meminta barang, orang atau informasi. Misal anak ingin sesuatu dia bisa bilang nama barangnya, atau ingin mamanya bisa memanggil mamanya atau anak ingin bertanya tentang sesuatu tentang suatu informasi dia bisa bertanya kepada orang lain?
2. Konsep tact atau melabel, termasuk di dalamnya melabel nama benda, kata kerja, kata sifat, kata preposisi, dll. Apakah anak bisa menjawab jika ditanya termasuk jika ditanya benda apa ini, apa warnanya, bagaimana bentuknya dan juga berada dimana benda itu? di atas, dibawah? Apakah anak bisa melakukan tact spontan seperti berkata “Ibu, lihat di langit ada pesawat?”. Apakah anak bisa bercerita tentang apa yang dilihatnya tadi di sekolah?
3. Konsep meng-echo suatu bunyi, kata atau kalimat. Apakah anak anda mampu meniru bunyi yang baru di dengarnya. Konsep ini tentu penting karena dengan meniru anak belajar berbahasa, dengan meniru anak menghapal pelajaran-pelajaran di sekolah, yang tentu tidak sekedar meniru berulang-ulang (echolalia) tetapi juga dibarengi dengan pemahaman arti dari kata atau kalimat yang dia tiru.
4. Konsep intraverbal atau konsep menjawab pertanyaan yang sesuai, percakapan timbal balik 2 arah. Apakah anak memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan sesuai konteks sosialnya? Apakah anak memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan pengetahuan umum yang anak seumurnya bisa? Contohnya apakah dia bisa menjawab siapa namanya, nama bapak, nama ibu, tempat tinggal, kakak atau adik, dll. Apakah anak bisa menjawab pertanyaan pengetahuan umum yang anak seumurnya bisa menjawab seperti Dimana kamu bermain? Siapa yang memeriksa kalau anak sakit? Dimana kamu belajar tiap hari? Apakah hewan yang tinggal di hutan dan memiliki loreng? Konsep ini lebih advanced dibanding dengan konsep mand, tact, echoic, sehingga ada syarat minimum sebelum diajarkan agar anak tidak bingung dan cenderung menghapal jawaban.
5. Imitasi gerak. Anak belajar dari imitasi yang dilakukannya secara spontan dari lingkungan. Apakah anak memiliki kemampuan imitasi sehingga dia dapat belajar langsung dari lingkungan tanpa perlu intervensi dari orang lain? Anak belajar berbicara karena imitasi. Anak belajar membaca, berhitung dan menggambar dengan imitasi. Anak belajar konsep emosi juga dengan imitasi. Jadi, jika anak tidak memiliki kemampuan ini secara otomatis, sulit sekali seorang anak untuk belajar langsung dari lingkungan dan memiliki kemampuan bahasa dan sosial yang baik.
6. Kemampuan reseptif (listener responding). Anak paham terhadap apa yang dikatakan padanya dan dapat melaksanakannya dengan baik. Jika anak belum memiliki ketrampilan ini tentu sulit untuk sang anak untuk berinteraksi dengan lingkungan, memahami konsep aturan termasuk di dalamnya berbagai macam konsep belajar pun tertanggu. Contoh anak sudah paham jika disuruh pegang ini pegang itu, ambil ini ambil itu, tentu konsep ini juga harus berkembang seiring dengan usia sang anak. Jika anak sudah pintar membuang sampah di tempatnya apakah anak bisa jika disuruh mengambil tas mama di kamar? Tentu ini berbeda tingkat kesulitannya. Buang sampah di tempat sampah adalah konsep yang berulang, namanya buang sampah ya ditempat sampah. Tetapi yang namanya ambil tas mama di kamar tentu berbeda, karena anak harus paham tas itu yang mana, siapa yang punya (apakah ada tas papanya juga di kamar) dan harus paham juga konsep tempat (kamar), dan tentunya sang anak harus memiliki kemampuan untuk mengingat dan mengikuti beberapa perintah sekaligus untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
7. Kemampuan persepsi visual dan menyamakan. Anak harus memiliki kemampuan untuk menyamakan sehingga dia bisa belajar. Menyamakan benda dengan benda, benda dengan gambar, mengkategorikan benda yang memiliki sifat sama, memilih benda yang memiliki fungsi, kategori dan sifat yang berbeda. Anak bisa menyamakan secara spontan berbagai macam bentuk gambar atau aktivitas prakarya yang diberikan padanya, sequence (urutan gambar) dalam matematika dll yang merupakan juga dasar dari akademik.
8. Kemampuan bermain. Apakah anak anda memiliki kemampuan bermain? Bermain dengan mobil-mobilan tidak hanya memutar-mutar setir atau bannya atau menjejer-jejerkan mobil-mobilnya, tetapi benar-benar bermain secara imajinasi…. brum …brum, mengikuti alur permainan, dll. Apakah anak anda paham cara bermain dengan boneka secara imajinatif? Jika anak melihat ibu atau tante memperlakukan bayi kemudian anak berimajinasi bahwa boneka itu adalah sang bayi yang harus diberi susu, diberi makan, diganti popok, digendong, dll? Apakah anak dapat bermain secara sama di tempat permainan yang baru dengan mainan yang jenisnya sama tetapi tempatnya berbeda?
9. Kemampuan bermain sosial. Beberapa anak dengan autisme memiliki kemampuan bermain dengan baik tetapi tidak memiliki kemampuan bermain sosial dengan teman-temannya. Apakah anak dapat melakukan kontak mata, mengajak temannya bermain bersama, bermain parallel dengan teman, atau kemampuan bertanya meminta sesuatu atau berinteraksi dengan teman sebaya?
10. Selain kemampuan dasar diatas, apakah anak anda memiliki kemampuan bina diri sesuai dengan umurnya? Apakah sudah bisa makan sendiri? Toilet training? Bisa pakai baju dan celana sendiri? Bisa cuci tangan sendiri? Bisa makan sendiri?

Perhatikan perkembangan anak lain sebayanya. Memang perkembangan anak berbeda-beda yang tentu ada range umur dalam setiap ketrampilan yang anak harus bisa kuasai. Tetapi jika terpaut jauh, sudah saatnya anda kuatir dengan perkembangan anak anda. Jika ketrampilan di atas belum dimiliki oleh anak anda sesuai umurnya, tunggu apalagi, periksakan anak anda ke klinik tumbuh kembang terdekat. Carilah informasi sebanyak-banyaknya dari klinik tersebut, googling di internet, tetapi pastikan bahwa informasi yang anda dapat dapat dipercaya sumbernya dan menggunakan metoda terapi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Jika minggu lalu kita membahas tentang bagaimana pentingnya program sambil bermain dan juga implementasi pelajaran mahir di dalam lingkungan alami, kemampuan yang dijelaskan diatas adalah kemampuan dasar yang diajarkan pada terapi ABA/VB utamanya dengan menggunakan VB-MAPP sebagai acuan program.

Program terapi yang baik harus memiliki alat assessment, penyusunan program dan evaluasi program secara berkala. Terapis harus melibatkan secara aktif orangtua dalam setiap langkah terapi dan selalu menginformasikan setiap proses di atas terhadap orangtua sehingga orangtua paham anak ada dimana, sedang apa dan mau kemana, karena pada akhirnya orangtualah yang selalu berhadapan dengan anak dan bertanggungjawab terhadap masa depan sang anak.

Untuk bergabung dengan diskusi tentang topik-topik lain mengenai metoda ABA dan VB untuk penanganan ABK silahkan anda tambahkan: FB Group: Rury ABA/VB Untuk Autisma dan dapat anda lihat website: www.rurysoeriawinata.com

Peringatan: Informasi yang saya tulis harap digunakan sebagai informasi yang memperkaya pengetahuan anda, tetapi sebaiknya anda komunikasikan dengan professional yang menangani anak anda sebelum diterapkan. Ilmu 
yang saya sampaikan sesuai dengan keilmuan yang saya pelajari tetapi harus dipahami bahwa setiap kasus anak adalah unik. Saya tidak bertanggung jawab atas kesalahpahaman atau penyalahgunaan dari informasi yang anda terima.