Pubertas adalah masa yang paling membingungkan sebagai orang tua, anak typical maupun anak dengan autisma. Pada anak typical, pubertas melibatkan hormonal yang menyebabkan perubahan emosi dari sang anak, mengubah hubungan anak dengan orang tua, meningkatkan sosial interaksi dengan teman sebaya dan juga kesadaran yang lebih akan tubuh dan perubahan tubuhnya. Hal yang sama berlaku untuk anak autis, tetapi masalahnya anak autis memiliki keterbatasan dalam mengikuti perubahan, terutama perubahan secara fisiologi dan personal dalam pubertas dan juga keterbatasan dalam komunikasi dan sosialisasi.
Anak autis mengalami pubertas di usia yang hampir sama dengan anak typical. Secara umum, pubertas dimulai di usia 10-11 tahun pada anak-anak perempuan dan 11-13 tahun untuk anak laki-laki. Tetapi masih dibilang normal jika anak memulai usia pubertas di usia 8-13 tahun untuk anak perempuan dan 9-14 tahun untuk anak laki-laki, yang tergantung kepada genetik, nutrisi dan faktor sosial. Yang pasti, tidak ada seorangpun tahu kapan puber itu akan terjadi. Autisma tidak mempengaruhi atau memperlambat pubertas. Orangtua harus mengerti bahwa pada anak autis adalah sang anak berkembang menuju tubuh orang dewasa tanpa tingkat kematangan yang cukup untuk memahaminya.
Karena anak autis membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami konsep pubertas, maka sudah tentu hal-hal yang menyangkut pubertas dan pengenalan tubuh harus dikenalkan sejak usia dini, yang tentu disesuaikan dengan kondisi sang anak. Agak terlambat jika orangtua baru mengenalkan konsep pubertas saat anak sudah mulai mengalami perubahan bentuk tubuh. Program pengenalan tentu disesuaikan dengan umur and kondisi sang anak. Diantaranya adalah tahapan:
- Mengenalkan anggota tubuh kepada anak. Selain anggota tubuh biasa, ajarkan juga anggota tubuh yang privat kepada anak. Yang dapat dikenalkan dalam kegiatan sehari-hari misal saat mandi atau pakai baju, dengan bernyanyi “dua mata saya” atau “kepala, pundak, lutut, kaki”. Gunakan buku dan boneka untuk mengenalkan anggota tubuh. Terkadang anak autis tidak dapat mengeneralisasi apa yang di ajarkan, sehingga perlu dipastikan bahwa dia mengerti anggota tubuh di gambar, boneka dan juga badannya sendiri. Pengenalan anggota tubuh juga bisa dilakukan dalam aktivitas prakarya seperti mewarnai, menggunting dan menempel anggota tubuh sambil ditunjukkan anggota tubuh kepunyaan mereka. Pengenalan anggota tubuh dapat dilakukan sesegera mungkin sejak usia dini.
- Ajarkan pada anak perbedaan laki-laki dan perempuan dan bagaimana badan menjadi berbeda setelah dewasa. Untuk yang lebih umum, misal mana laki-laki mana perempuan bisa dikenalkan sejak usia dini. Tunjukkan gambar pertumbuhan sang anak dari bayi sampai saat ini, bagaimana mereka tumbuh dan bagaimana semua orang tumbuh. Sama seperti anak typical, biasanya pengenalan perbedaan laki-laki dan perempuan yang lebih detil bisa diajarkan di usia 9-10 tahun. Tetapi Terkadang karena sulit berimajinasi sehingga anak autis sulit menghubungkan sesuatu yang abstrak, sehingga menunjukkan hal yang konkrit akan lebih mudah. Misalnya nanti kalau sudah dewasa, kamu akan seperti bapak mukanya atau akan memiliki kumis seperti bapak, dll. Gunakan bahasa yang jelas, bagian mana saja yang berubah.
- Ajarkan pada anak anda bagian mana yang bisa dilihat oleh umum dan mana yang hanya bisa dilihat secara privat. Termasuk di dalamnya apa yang bisa dilakukan di tempat umum dan tempat privat. Contohnya jika di kamar mandi memang tidak pakai baju untuk mandi tetapi kalau keluar kamar mandi harus pakai baju. Gunakan bantuan boneka untuk mengajarkan konsep tidak pakai baju dan pakai baju. Ajarkan juga untuk menutup pintu dan menguncinya jika di toilet, gunakan visual skedul jika perlu urutan untuk pergi ke toilet.
- Ajarkan anak mengenai bagian mana yang boleh dipegang atau tidak dipegang oleh orang lain. (good touch dan bad touch). Misalnya dokter dapat memeriksa anggota badan sang anak, tetapi tidak orang lain. Termasuk mengajarkan bahwa semua orang tidak boleh memegang anggota privat sang anak, kecuali orangtua yang mengecek kebersihan atau dokter yang mungkin memang mau memeriksa jika sang anak sakit. Atau mungkin seperti pelukan, siapa saja yang boleh memeluk anak. Orangtua, saudara yang boleh memeluk anak dan tidak boleh misalnya orang asing. Ajarkan anak untuk berkata tidak, jika tidak ingin disentuh anggota tubuhnya. Beberapa anak autis sangat sensitif dan tidak suka disentuh oleh siapapun, meskipun untuk anggota tubuh yang memang boleh disentuh. Misal jika tidak disuka dipeluk walau pun kakek, nenek, om, tante, guru (asumsi anak dibawah 5th), ajarkan anak untuk berkata tidak.
- Ajarkan anak adanya circle of friends, atau hubungan kedeketan anak secara visual. Diskusikan pada anak apakah yang boleh dilakukan atau tidak lakukan terhadap orang-orang tersebut. Keluarga adalah yang terdekat, sementara orang asing yang terjauh.
- Keluarga : orang yang tinggal serumah.
- Keluarga besar : orang yang tidak tinggal serumah seperti kakek, nenek, om, tante, sepupu.
- Teman : orang yang dia kenal baik dan saling perhatian dan percaya.
- Orang dikenal : orang yang anak tahu tetapi belum tentu kenal.
- Dokter, guru, terapis, pelatih : orang dekat yang membantu sang anak.
- Orang asing : orang yang tidak dikenal dan tidak tahu juga namanya.
- Untuk anak usia mendekati pubertas dapat diajarkan apa arti pubertas dengan sederhana misalnya jika badan anak berubah menjadi badan dewasa, misalnya memiliki kumis, janggut, perubahan bentuk badan. Sangat penting untuk memberikan contoh nanti kalau anak sudah dewasa akan memiliki kumis misalnya sehingga anak tidak kaget jika benar dia tumbuh kumis. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak tetapi harus hati-hati dalam penggunaannya karena bebarapa anak memiliki bahasa yang sangat literal jadi jika anda bicara nanti suara kamu pecah, mungkin anak bingung dan takut bagaimana suara bisa pecah? Mungkin gunakan kata suara akan menjadi lebih berat seperti bapak.
Bagaimana membuat anak mengerti konsep pubertas jika bahasa sang anak terbatas?
- Gunakan gambar . Misal gambar seseorang dari bayi sampai dewasa. Jelaskan apa saja yang bisa berubah dalam gambar dan sebutkan/tunjuk tempatnya.
- Gunakan social stories/buku cerita atau visual skedul yang khusus menceritakan tentang konsep yang kita inginkan dalam hal ini adalah pubertas. Contoh topik adalah:
- Saya akan tumbuh menjadi dewasa seperti bapak/ibu.
- Tubuh saya akan berubah
- Saya akan mendapat menstruasi (untuk perempuan)
- Suara saya akan berubah dan mimpi basah (untuk laki-laki)
Konsep berhubungan dengan lawan jenis juga harus diajarkan terhadap anak autis. Karena secara alami anak juga memiliki perasaan yang berhubungan dengan lawan jenis begitu mereka menginjak pubertas. Akan sangat tergantung dari tingkat bahasa dan keautisan sang anak. Orangtua lah yang menentukan dan memberikan batasannya, mana yang boleh dan mana yang tidak. Circle of friends di atas bisa diajarkan pada anak bagaimana batasan yang sewajarnya berlaku terhadap lawan jenis. Untuk anak yang memang sudah vokal dan paham, bisa diajak berkomunikasi bagaimana dengan ketertarikan dengan lawan jenis dan mengarahkannya sehingga anak tidak merasa malu dan frustasi.
Karena perubahan dari hormon yang mengikuti perubahan bentuk fisik dari sang anak, pubertas akan menyebabkan ketidakstabilan emosi dari sang anak. Terlebih lagi mereka tidak atau kurang paham bagaimana menyikapinya sehingga perlu juga diajari bagaimana mereka menyikapi hal tersebut. Contohnya anak perempuan diajarkan mengikuti periode menstruasi di kalender dan mengenali kapan waktu mereka menjadi sangat tidak stabil emosinya. Atau misal anak perempuan yang memiliki masalah tidak kenyamanan saat menstruasi bisa dikenalkan bagaimana menghadapinya. Jika ada perubahan emosi, atau anak merasa sedih atau marah, apa yang harus dia dilakukan. Berikan pengetahuan ini dalam bentuk visual sehingga anak dapat mudah memahami dan menjalaninya. Visual ini merupakan prompt/petunjuk anak untuk bersikap. Contoh:
- Jika anak perempuan tidak nyaman di perutnya menjelang menstruasi, berikan gambar (jika anak belum bisa membaca atau lebih paham terhadap gambar) atau pilihan dalam kalimat:
- Rebahan di tempat tidur atau sofa
- Gunakan penghangat perut atau minyak kayu putih
- Pijat perlahan
- Jika anak merasa sedih atau marah, anak dapat memilih:
- Beristirahat dari kegiatan tersebut
- Meniup/mengambil napas 3 kali
- Bisa memegang bantal erat-erat
- Berjalan-jalan keluar
- Minum
- Meminta tolong terhadap orang lain
Peringatan: Informasi yang saya tulis harap digunakan sebagai informasi yang memperkaya pengetahuan anda, tetapi sebaiknya anda komunikasikan dengan professional yang menangani anak anda sebelum diterapkan. Ilmu yang saya sampaikan sesuai dengan keilmuan yang saya pelajari tetapi harus dipahami bahwa setiap kasus anak adalah unik. Saya tidak bertanggung jawab atas kesalahpahaman atau penyalahgunaan dari informasi yang anda terima.